Skip to main content

Kemarin Aku Mendaki



Aku baru akan memulai menulis ini. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah aku pikirkan, mendaki gunung. Awalnya aku merasakan perasaan bimbang akan hal ini. Tapi, karena salah satu sahabatku yaitu Vinka mengajakku dan kebetulan tempatnya di daerah bapakku, aku jadi diizinkan untuk ikut mendaki gunung oleh bapakku. Ya sebenernya walau dikantongi izin oleh bapakku, beliau masih mensyaratkan dengan hal lain. Seperti, tidak usah jadi ikut mendaki jika cuaca hujan, dan tidak usah ikut mendaki jika aku sendiri merasa khawatir dalam perjalanan nanti.

Rupanya tekadku sudah bulat. Aku telah berjanji dengan sahabatku untuk ikut mendaki nanti. Karena waktunya sekitar beberapa hari lagi tidak banyak yang dipersiapkan. Sebenernya sih masih banyak yang kurang untuk apa yang nanti ingin dibawa. Hanya saja aku pikir tidak akan lama di sana, jadilah aku bawa barang seperlunya. Tapi yang mengherankan walau barang yang dibawa seperlunya tetap saja terlihat banyak sekali. Apalagi aku baru pertama kali packing barang untuk mendaki. 

Lucunya sih, peralatan yang aku bawa seperti halnya piknik keluarga tidak seperti pendaki pada umumnya. Aku bawa banyak makanan, padahal sebenarnya di sana makanannya tidak yang dimakan juga. Karena aku tidak punya sepatu safety untuk hiking, jadilah sepatu butut kakakku yang telah di sol aku pakai haha. 

Aku juga sebenarnya saat itu mengajak doi untuk ikut pendakian, tapi dia menolak katanya sudah ada sahabatku yang akan menemani. Tapi ternyata saat kumpul di titik pemberangkatan dia muncul. Alih-alih dia mengatakan akan ikut pendakian juga, tapi malah bilang hanya mengantar temannya saja. Ternyata dia bohong, katanya ga akan tega buat ga nemenin aku, katanya pendakian awal itu menurutnya sungguh sulit.

Di awal perjalanan menuju langkah pendakian aku merasa tidak nyaman sebenarnya. Rasanya badan ini sudah tidak kuat menopang tas ransel yang berat dibawa mendaki. Jadilah saat itu doi yang sok kuat mengambil tasku dan juga membawanya. Aku jadi tidak membawa apa-apa, tapi rasanya masih terasa berat langkah kaki ini untuk mendaki. Sepertinya aku yang memang tidak pernah berolahraga jadilah seperti itu. Ada perasaan bersalah juga karena banyak sekali merepotkan dia. Maaf yaa hehe..

Sampai pada pos di mana terdapat warung di sana, kita memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Aku tidak sempat melihat jam berapa pada saat itu karena ya memang kaki sangat letih tidak terfikirkan untuk melihat hal lain kecuali pemandangan di depan sana yang saat mempesona. Tidak ada foto, karena aku tidak membawa hp pada saat itu.

Tampak menyesal karena tidak bisa mengabadikan momennya. Hanya saja sangat senang sekali karena sepanjang perjalanan, ada doi yang menemani dan sahabatku yang aku sayang. Oh ya perjalanan mendaki pertamaku ini dimulai pada malam hari, di waktu yang seharusnya tertidur lelap di atas ranjang, dihabiskan dengan berjalan-jalan ria menuju puncak gunung. Memang pengalaman yang sangat jarang.

Saat akan memulai langkah pendakian lagi, doi menanyakan dengan memastikan apakah aku masih sanggup untuk berjalan atau tidak. Aku waktu itu antara sanggup dan tidak sanggup. Tapi kemudian aku berfikir, jika aku tidak melanjutkan perjalanan ke atas kemungkinan aku akan menyesal di kemudian hari. Jadilah aku memutuskan untuk melanjutkan saja. Saat itu sepertinya doi sempat menakut-nakuti aku rute perjalanan ke depan akan bagaimana. Tapi dengan sekuat hati aku tidak menghiraukannya. 

Ternyata doi selalu memastikan aku baik-baik saja, sampai di suatu tempat bersinggah lainnya ia membuatkan aku mie di mana rasa mienya unik sekali seperti rasa trasi dan teksturnya lembek. Aku waktu itu sampai tidak ingin memakannya, hanya saja aku sangat menghormatinya yang sudah lelah membuatkan itu untukku. Jadi aku habiskan mienya, tentu saja dengan bantuannya juga. Karena aku tidak sanggup menghabiskannya sendirian.

Saat beristirahat itu, ternyata Vinka digigit pacet. Aku kaget dan geli tidak berani melihatnya dan akupun menjadi merinding sekali saat itu. Jujur saja aku sangat letih dan lelah sekali, tidak ada waktu untuk bagaimana dan gimana. Waktu itu sebenarnya bebas digunakan untuk beristirahat sepuasnya sampai nanti melanjutkan perjalanan kembali menuju puncak. Katanya saat itu sudah sangat dekat dengan puncak. Aku dan Vinka berbincang-bincang menghabiskan waktu. Lalu ada saat dimana aku dan doi juga menghabiskan waktu untuk berbincang berdua. Obrolan ringan, basa-basi tapi itulah yang aku suka dari doi. Selalu punya hal untuk diperbincangkan denganku yang irit sekali berkata.

Bersambung~~~




Comments