Badut Kelas
“Aku pikir nama itu, nama perempuan”
Kata Resa. Resa hanya terpaku pada pada
papan tulis yang ditulis dengan nama-nama pengurus kelas, tanpa melihat
orangnya. Resa yang bernama lengkap Arresa Kirana adalah sekretaris kelas yang dipilih
setelah mos berlangsung. Artinya, saat itu Resa telah sah menjadi siswa kelas 1
SMA.
Syifa, teman sekelasnya yang terpilih
sebagai seksi keamanan yang Resa pikir adalah seorang perempuan. Nyatanya,
Syifa yang bernama panjang Syifaro Pratama adalah seorang laki-laki. Ketika tau
dirinya dikira perempuan, Syifa langsung menghampiri dan melabrak Resa yang
terlihat tak peduli sama sekali.
Resa adalah orang yang berpikiran santai
dan bersikap bodoamat ketika dirinya merasa benar tak bersalah. Apalagi hanya
karena masalah sepele seperti itu yang karena salah perkiraan antara nama
dengan jenis kelamin saja, itu makin membuatnya tak peduli. “Woi, lu pikir gue
ini makhluk tak kasat mata apa ya! Sampai daritadi gue banyak ngomong tapi ga
lu hirauin coba.” sesal Syifa. “Oh, jadi lo itu badut kelas ya.” Kata Resa tak
peduli. Syifa hanya mendengus dan pergi begitu saja bersikap tak peduli juga
dengan perkataan Resa dan juga
meninggalkan perasaan kesal.
Saat itu Resa sedang berbincang-bincang
bersama teman sebangkunya Naya, namun temannya
itu malah membahas tentang Syifa yang menurutnya tak penting sama
sekali. “Gue males ya ngomongin dia, maap aja.” Celetuk Resa. Ia pun berpaling
dari teman sebangkunya itu dan mengalihkan pandangannya pada ponselnya. “Lu
suka kan sama Syifa, Sa?” Tanya Naya. “Gue gamau denger lagi tentang dia,
titik! Cuma karena gue salah ngira dia sebagai cewe aja sampe begitunya. Lebay tau ga!” kata Resa.
“Lu yang lebay kali Sa, lu juga sih kenapa responnya gitu coba, tinggal bilang
iya atau ngga aja susah amat.” Kata Naya. Resa terlihat ingin melakukan
pembelaan terhadap dirinya, tetapi akhirnya ia hanya mendengus kesal juga
bersikap tak peduli dan kembali mengalihkan perhatiannya pada ponselnya.
Kian
hari tampaknya Resa selalu dibuat kesal
saat melihat sosok Syifa yang ternyata selalu mengganggunya dan meledeknya
sejak kejadian saat itu. Ketika ia membicarakan itu dan berniat mencurahkan isi
hatinya kepada Naya teman sebangkunya, ia malah dikira menyukai Syifa dan terlanjur
dibuat kesal dulu sebelum ia mengatakan sesuatu dengan jujur. Nyatanya di dalam
hati terdalamnya, Resa memang memiliki sedikit perasaan terhadap Syifa.
Esok harinya, Resa terlihat di balik
pintu dan Syifa datang dengan tak terduga sehingga membuat Resa kaget. Mereka
saling pandang dan akhirnya membuang muka satu sama lain. “Dasar lu ya badut
kelas” umpat Resa. “Gue juga kaget yelah” sarkas Syifa. Mereka saling berpaling
tak peduli lagi dengan keadaan.
Di dalam kelas saat istirahat tiba
terlihat suasana gaduh. Rupanya Syifa berbuat onar dengan mengoceh dan membully
Resa yang awalnya terlihat tak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Nampaknya
memang Resa tak pernah peduli lagi dengan apa yang dikatakan Syifa kepadanya.
Ia hanya merasa membuang-buang waktu saja jika harus meladeni itu semua. Dan
akhirnya Resa hanya berpaling meninggalkan kelas dan pergi ke kantin untuk
beristirahat.
Akhir-akhir ini Naya sering melihat Resa
terlihat suka mencuri-curi pandang kepada Syifa. “Lo beneran suka sama Syifa
kan Sa?” celetuk Naya. “Gue mau jujur sama lu juga tapi tiap kali gue cerita ke
lu, lu sukanya nanya-nanya gitu dulu sih. Ya gue jadi kesel duluan lah Nay.”
Jawab Resa. “Ya, gue dengerin sekarang nih, buru!” pinta Naya. Resa pun sangat
antusias bercerita tentang perasaannya sambil sesekali melirik kearah Syifa
tanpa disadari oleh empunya.
Resa telah mengatakan dengan jujur
kepada Naya, jika ia memang memiliki rasa terhadap Syifa. Menurut Resa, Syifa
itu sosok yang berhasil membuat warna dalam kehidupannya. Walau ia sebenarnya
tak suka akan sikap Syifa yang terus meledek dan menggodanya, tapi hanya dari
hal seperti itulah dia dapat dekat dengan Syifa.
Sampai
suatu hari, di sekolah akan diadakan acara pentas seni. Masing-masing kelas
diharuskan memberikan perwakilan anggotanya untuk ikut memeriahkan acara pentas
seni tersebut. Kelas Resa sepakat untuk menampilkan drama dalam pentas seni
tersebut. Mereka berdiskusi untuk siapa saja yang akan menjadi tokoh-tokoh
dalam drama tersebut. Entah takdir atau bukan, akhirnya terpilihlah Resa dan
Syifa sebagai tokoh utama dalam drama tersebut. Mereka akan menampilkan drama
“Cinderella” pada pentas seni nanti. “Gue gamau dan ga akan mau dipasangin sama
dia.” Celoteh Resa. Mulutnya berkata seperti itu tapi ia merasakan senang tak
terkira di dalam hati. “Sa, lu harus mau yang lain gada yang mau” kata ketua
kelas. Resa terlihat tak peduli seraya menatap ponselnya.
“Gue Syifa” pesan terkirim dari Syifa
untuk Resa. “Ya” balas Resa pada pesan Syifa. Mereka memutuskan berbagi nomor
seumpama jika mereka harus latihan berdua untuk persiapan drama pentas seni
nanti.
Latihan untuk pentas senipun akan
dimulai, tetapi Resa belum juga datang. Syifa yang sudah terlebih dahulu hadir
di ruangan kelas merasa resah, karena daritadi teman-teman sudah terlalu banyak
bicara menyalahkan keberadaan Resa yang belum juga datang. Akhirnya Syifa pun
mengirimkan pesan teks pada Resa. “Lu dimana woi?” Pesan Syifa. “Ga ada yang
nganterin, males gue.” Balas Resa. “Gue jemput ke rumah lu ya, tunggu!” Pesan
Syifa. Di depan layar, Resa hanya menatap ponselnya lama tanpa berkedip
sedikitpun. Ia merasa sangat senang sekaligus jantungnya berdebar-debar karena
baru kali ini ada laki-laki yang akan menjemputnya ke rumahnya.
Sampai depan rumah Resa, Syifa langsung
memberhentikan motornya dan melihat Resa sudah berdiri di depannya. “Makasih”
Kata Resa. “Cepet naik! Semua dah pada sewot gara-gara lo belum datang juga
daritadi tau. Kalo misal lo gada yang nganterin napa lo ga kirim pesan ke
siapa-siapa sih? Kan biar ada yang jemput dodol.” Ucap Syifa sudah geregetan.
Resa hanya tersenyum menahan dadanya yang berdebar tak karuan.
Sampailah Resa di kelas sendirian karena
Syifa harus memarkirkan motornya dan semua orang menyoraki Resa yang datang
terlambat. “Gue minta maaf yelah, masih ada waktu jugakan buat latian? Kenapa
kalian gapada latian aja duluan tanpa gue kan bisa.” Kata Resa. “Udah yu buru
latian” ucap ketua kelas menenangkan kegaduhan. Mereka akhirnya latihan setelah
Syifa sudah kembali dari memarkirkan motornya.
Pentas seni dimulai. Semuanya sudah
mempersiapkan dirinya masing-masing untuk tampil kecuali Resa. Ketika melihat
suasana yang kacau karena Resa belum datang juga, Syifa berinisiatif menjemput
Resa ke rumahnya. Resa pun dijemput Syifa tanpa ada obrolan apapun dalam
perjalanan. Kelas Resa tampil dibagian inti acara. Setelah semua selesai, Resa
duduk di bangku kelasnya. Saat itu juga Syifa menghampiri. “Gue gamau tau kalo
alesan lo telat ke sekolah karena gada yang jemput. Lo bisa manfaatin gue, gue
mau kok ngejemput lu!” celoteh Syifa sembari sedikit membentak. Resa tak bisa
lagi menahan air mata yang sedari tadi ia tahan. Resa menangis sejadi-jadinya.
Kekanakan memang, tapi itulah marahnya sosok Resa saat perasaannya tak
tersampaikan.
Hingga perasaan bersalah muncul dalam
benak Syifa dan segera meminta maaf kepada Resa. Resa hanya diam tak bergeming.
Namun Syifa mengalihkan pembicaraan dengan bertanya alasan kenapa Resa
menyebutnya badut kelas. “Gue minta maaf yang sebesar-besarnya” kata Resa sesenggukan.
“Badut kelas itu, mewarnai hari-hariku” lanjut Resa. Syifa memandang Resa,
merekapun saling berpandangan dan melemparkan senyuman satu sama lainnya. Resa
telah menyatakan perasaannya.
Comments
Post a Comment